page

page

Minggu, 10 Februari 2013

Ayahku, Rivalku


Langit senja menghiasi sore ini, suasana penuh keramain terlintas di kota Jakarta. Ya itulah yang selalu terjadi di kota ini. Orang-orang selalu sibuk dengan kesibukannya sendiri untuk mendapatkan sesuatu yang lebih untuk mereka. 
Oke sebelum lanjut ke cerita yang lebih jelas, gue bakal ngenalin diri gue. Nama gue Satria Atma Wijoyo, gue anak kedua dari dua bersaudara dan terlahir dari keluarga yaa alhamdulillah berkecukupan. Gue tinggal di sebuah perumahan terkenal di pusatnya Jakarta.
Tapi tenang guysss, walaupun gue terlahir dikeluarga yang berkecukupan, tapi gue ga akan pernah bangga sama apa yang gue miliki dari kecil.  Kalian tau kenapa?? Selain itu semua pemberian orang tua gue, tapi disitu semuanya adalah kerja keras orang tua gue. Tapi jangan salah, yang gue miliki saat ini untuk keperluan pribadi gue adalah usaha gue sendiri. Orang tua gue cuma kasih support sama do’a aja buat anak-anaknya.
Dari dulu gue bercita-cita menjadi seorang pengacara yang handal, dan akan selalu membela yang benar walau sekalipun mereka orang yang tidak berada. Kenapa ? Karna bagi gue keadilan dan kejujuran itu penting nilainya. Dan yang benar akan selalu benar tanpa harus mengenal status. Alhamdulillahnya gue sekarang udah bisa jadi seorang pengacara. Gue lulusan Sarjana Hukum di salah satu Universitas Negeri ternama di Indonesia.
Gue ga akan penah sia-siain profesi gue yang sekarang. Tapi hingga saat ini yang selalu terbesit dipikiran gue adalah hukum di negara ini kadang ga adil. Emang gak adil sih menurut gue. Oke itu semua bisa dilihat dari beberapa kasus. Contohnya kasus maling ayam, mereka dipenjara sampe kurang lebih ya sekitar 5 tahun. Tapi untuk kasus lain mereka si para penjahat kelas kakap telah mengambil keuangan negara dan hak orang lain dengan jumlah yang sangat besar, cuma dikenakan hukuman penjara 2 tahun, dan itu pula mereka bisa berkeliaran begitu saja. Mereka bisa saja melakukan itu semua karena mereka memberikan uang jaminan kepada aparat hukum yang memiliki sifat buruk.  Akibat masalah itu semualah gue jadi terpacu untuk menjadi seorang pengacara. Karena gue paling tidak suka sama yang namanya KORUPSI !!!
Kalian juga bisa lihat kasus-kasus sekarang, mereka yang korupsi masih aja bisa berlenggok di kantor DPR, di mall, dimana-mana pokoknya. Terus juga mereka yang korupsi dibebaskan dari hukuman oleh hakim yang notabene dia adalah mantan narapidana kasus korupsi. Lho, kok bisa ???
**
Hari ini gue sangat bersemangat untuk menjalankan segala tugas-tugas gue seperti biasanya , ya menangani sebuah kasus yang udah biasa gue jalanin. Dan suasana di pagi hari ini pun sangat mendukung untuk semuanya. Oke gue harus semangat !!!
Gue bergegas merapikan diri dan seperti biasa, sarapan bareng bokap, nyokap, dan kaka gue. Tumben hari ini semuanya kumpul bareng di meja makan, biasanya salah satu diantara mereka ada yang ga ikut sarapan bareng. Ya maklumlah bokap gue seorang pengusaha.  Selalu sibuk tiap hari, kalo nyokap gue seorang ibu sosialitas yang tetap selalu inget keluarga, dan kaka gue seorang hakim di salah satu pengadilan negeri Jakarta yang udah banyak menangani kasus berat. Haha.. jangan berat-berat, nanti susah diangkat. Lho ?
“pagi bu, yah !!” sapa gue
“pagi sayang!!” jawab nyokap gue yang cantik
“wah semangat sekali kamu hari ini?” tanya ayah
“iya dong yah, semangat untuk ngejalanin tugas yang akan kita hadapi, ya semoga saja kasus yang nanti akan aku terima itu bisa berjalan dengan lancar dan sukses” jawab gue
“amiiiiiiiinnnnn” sahut nyokap dan bokap gue
“oke aku pergi duluan ya” sahut kaka gue
Kaka gue langsung bergegas menuju kantornya.
Sarapan pun selesai, gue langsung pamitan sama orang tua gue, dan seperti biasa gue selalu minta do’a dari mereka buat mendokan gue supaya semua urusan gue lancar.
**
Emm, lagi-lagi jalan di kota Jakarta macet, kapan ya Jakarta di hari kerja bisa lancar-lancar aja dan aman terkendali ? ya berdoa sajalah semoga itu bisa. Aminnn ..
Untuk menghilangan kejenuhan gue akibat jalanan yang macet gue mencoba mendengar musik, ehh tapi ada seorang pengamen yang suaranya cukup bagus dan merdu. Usianya masih belia, okeee gue panggil dia untuk menyanyi didepan gue.
“namamu siapa nak?” tanya gue
“namaku Asilah” jawab pengamen itu
“kamu ga sekolah emangnya?”
“ aku masuk siang ka, aku ngamen untuk ongkosku kesekolah nanti” jawab gadis kecil
Karna jalan sudah lancar aku segera mengeluarkan uang untuknya “ini untukmu”
“wah banyak sekali ka, terima kasih banyak yaaa”
Kembali ke perjalananku menuju kantor, sampai di parkiran ada tukang gorengan ya aku beli saja dan aku bagikan untuk satpam dan Office Boy di kantorku. Berbagi rejeki itu kan indah hehehe .. sesampainya di kantor teman-teman sudah sibuk di depan laptopnya.
“pagi semuaaaaa!!!” sapa gue
“pagiii” jawab teman-teman
“pagiii , oiya Satria tadi lo dicari sama pak Taufik tuh diruangannya” kata Iqbal
“Emm ada apa ya pak Taufik manggil gue?? Yaudah, thanks ya Bal”  jawab gue
Sesampainya gue di ruanganan pak Taufik ternyata beliau sedang menerima telepon dari klien yang sangat penting nampaknya.
“pagii pak” sapa gue
“pagi Sat, silakan duduk”
“bapak memanggil saya ?”
“iya, barusan saya dapat telepon dari sebuah perusahan besar di Jakarta yang sedang mengalami sebuah masalah kecurangan di bagian keuangan perusahan mereka. Dan vokasi diminta untuk menyelidiki kasus ini, kamu diminta untuk menjadi seorang pengacara untuk perusahan mereka.” Jawab Pak Taufik
“emm tapi saya harus tau lebih jelas pak akan masalah yang terjadi diperusahan mereka. Karena saya tidak mau gegabah untuk mengambil suatu kasus yang akan saya tangani”
“baiklah, sekarang kita langsung saja ke perusahaan mereka, karena mereka sudah membuat jadwal ketemu dengan kita jam 8 ini” ujar pak Taufik
Tanpa berpikir panjang gue dengan pak Taufik bergegas ke perusahan itu.
**
Sesampainya disana, sambutan yang cukup ramah dari petinggi-petinggi perusahaan itu. Lalu pemilik perusahaan itu memulai pembicaraan, “oke kita mulai saja membicarakan masalah yang telah terjadi di perusahaan ini. Sebelumnya saya sangat berterimakasih atas kehadiran Pak Taufik dan Pak Satria yang bersedia hadir memenuhi permintaan kami. Jadi begini Pak Satria, kami atas keluarga besar perusahaan ini meminta saudara untuk menjadi pengacara perusahaan kami, masalah yang terjadi karena masalah kecurangan di bagian perusahaan kami”
“memang hal apa yang telah membuat kecurangan ini?” tanya saya.
“jadi para inivestor telah melakukan kecurangan atas pengambilan penghasilan mereka dari saham yang mereka berikan ke perusahaan kami. Jadi kami, merasa merekalah yang patut dicurigai” ujar pemilik perusahaan itu, Pak Andi Laksono namanya
“baiklah, itu masih praduga kita semua, lebih baik kita melakukan penyelidakan terlebih dahulu, dan kita harus mengumpulkan beberapa bukti. Oke saya butuh nama para investor beserta data-data saham yang mereka miliki di perusahaan ini” jawabku
“baik ini nama-nama investor kita berikut data-data saham yang mereka miliki” jawab Pak Andi Laksono
“baiklah kalau begitu kita akan melakukan penyelidikan segera” ujar pak Taufik
“terima kasih Pak Taufik dan Pak Satria atas bantuannya, saya harap kasus ini bisa terungkap dan perusahaan saya kembali normal”
‘sama-sama Pak, ini sudah menjadi tanggung jawab saya” jawabku
“oke, mari pak, kami akan kembali ke kantor” kata Pak Taufik
“oke, sekali lagi terima kasih Pak” jawab Pak Andi Laksono
Kamipun langsung kembali ke kantor.
**
Hari demi hari pun terlewati, ternyata bukti-bukti yang didapatkan masih belum lengkap namun pencarianpun tetap gue lanjutkan. Ada sesuatu yang mengganjal di pikiran gue. Gue perhatiin data-data itu, ada satu nama yang buat gue tercengang. Tapi, gue tetap positive thinking aja. Gue terus cari bukti-bukti yang lain.
**
Suatu ketika di sebuah sudut ruangan kantor di perusahaan Pak Andi Laksono.
“gimana rencana kita selanjutnya Pak ?” tanya salah satu orang suruhan Pak Saryo, Roni sebutnya.
“bagaimanapun caranya kamu harus bisa mengatur urusan ini, jangan sampai ada satu orangpun yang tahu, paham !” gertak Pak Saryo
Ketika mereka sedang berbincang-bincang, tak disangka ternyata ada seorang OB yang mendengar perbincangan mereka. Si OB kaget mendengar apa yang mereka bicarakan, lalu dengan tidak sengaja, OB itu menjatuhkan vas bunga yang ada di depan ruangan itu. Ia kaget dan langsung lari.
Kemudian, Pak Saryo menyuruh anak buahnya itu untuk keluar dan memeriksa keadaan. Roni mengejar orang tersebut dan ternyata orang itu adalah OB, lalu Roni memberitahukan hal itu kepada Pak Saryo.
“Pak, sepertinya kita dalam keadaan yang tidak aman” ujar Roni
“maksud kamu apa ????” tanya Pak Saryo
“OB sialan itu mendengar pembicaraan kita”
“apa ??? Pokoknya saya tidak mau tahu, bagaimanapun caranya kamu harus lenyapkan dia” jawab pak Saryo dengan suara lantang
“baik bos”
Dengan pikiran yang kacau, Pak Saryo gelisah dengan keadaan itu.
**
Suatu hari ketika si OB tersebut sedang menyapu ruangan, Roni meminta seseorang untuk menyuruh OB itu menyapu halaman belakang kantor. Lalu si OB pun ke halaman belakang, Roni langsung menghampirinya dan memberikan sejumlah uang.
“ini apa Pak ?” tanya OB
“ya uanglah, koplak !!!” jawab Roni
“maksud bapak apa?”
“gue tau lu pasti dengar pembicaraan gue kemarin”
“terus kenapa pak ? masalah buat bapak ?”
“jelas ini masalah buat gue ! Gue minta lu tutup mulut soal hal itu !”
“jadi intinya, bapak menyuap saya ?”
“udahlah, jangan munafik. Gue tau lu cuma seorang OB dan lu butuh uang ini”
“maaf ya Pak, sekalipun saya OB, saya gak serendah kalian !”
“lancang banget lu bilang kaya gitu, kalo emang lu ga mau tutup mulut tentang masalah itu, jangan salahin gue kalo sesuatu terjadi dengan keluarga lu !” ancam Roni
“saya merasa saya benar, saya gak pernah takut dengan ancaman bapak”
Tanpa pikir panjang, Roni langsung menghajarnya hingga babak belur.
Kemudian Roni pergi meninggalkan si OB yang pingsan.
**
Dua hari kemudian, gue pergi ke perusahaan pak Andi Laksono untuk melengkapi data-data penyelidikannya. Ketika sampai di depan kantor tersebut, gue melihat seorang OB dengan muka yang membiru. Lalu gue menghampirinya.
“muka bapak membiru, habis berantem Pak?” tanya gue
“gak kok Pak, saya habis jatuh kemarin”
Lalu OB tersebut langsung pergi meninggalkan Satria.
Gue merasa ada yang aneh dengan keadaan OB tersebut. Kemudian gue langsung masuk ke ruangan Pak Andi Laksono.
“selamat siang Pak” sapa gue
“selamat siang Pak Satria, silakan duduk”
“terima kasih Pak”
“bagaimana perkembangan kasus perusahaan saya Pak ?”
“iya, saya sedang berusaha melengkapi data-data penyelidikan ini Pak. Oh iya, seminggu lagi sidangnya akan dimulai Pak. Saya minta agar Bapak turut hadir di sidang tersebut. Dalam seminggu ini, semua investor akan diperiksa oleh tim penyelidik dari kejaksaan”
“baiklah, saya pasti datang”
Kita melanjutkan pembicaraan. Setelah kita selesai melakukan pembicaraan, gue meninggalkan ruangan Pak Andi Laksono. Ketika gue menuju tempat parkir, gue melihat OB yang di temui tadi siang. Gue penasaran, lalu menghampiri lagi OB tersebut. Dan OB melihat gue, ia menghindarinya. Gue tetap mengejarnya.
“Pak tunggu !”
Si OB menghentikan langkahnya.
“kenapa bapak menemui saya lagi ? Bapak orang suruhan dia kan ?” tanya si OB
“dia ? dia siapa ?” tanya gue penasaran
“emang bapak siapa ?”
“saya Satria. Maksud Bapak tadi apa ? orang suruhan siapa ?”
Dengan rasa penasaran, Satria mengajak OB tersebut duduk dan menceritakan apa yang terjadi sebenarnya.
“Pak, saya ini pengacara perusahaan tempat bapak kerja”
Si OB kaget karena sebelumnya ia mengira bahwa gue itu adalah orang suruhan Pak Saryo. Ia agak menyesal karena ia keceplosan mengungkapkan masalah yang terjadi. Gue mencoba menggali informasi dari si OB, akhirnya lama kelamaan, si OB menceritakan masalah yang terjadi dengannya kemarin-kemarin.
“begini Pak, sebenarnya beberapa minggu yang lalu saya mendengar pembicaraan Pak Saryo dengan orang suruhannya, Roni. Mereka membicarakan masalah uang investasi yang mereka curangi di sudut ruangan kantor. Dengan tidak sengaja, saya menjatuhkan vas bunga sehingga menyebabkan mereka tahu bahwa saya mengetahui rencana mereka. Kemudian mereka mencoba menyuap saya agar saya tutup mulut masalah ini. Tapi saya menolak, karena itu Roni memukuli saya Pak” cerita si OB
“Saryo ? Saryo siapa maksudmu ?” Satria kaget mendengar nama itu.
“Iya, Pak Saryo...Saryo Atma Wijoyo, salah satu investor perusahaan ini”
Mendengar hal itu, Satria sangat terkejut dan merasa tidak percaya.
“kamu jangan main-main, kamu serius ?”
“demi Tuhan saya tidak main-main Pak”
Setelah itu, Satria langsung meninggalkannya dan bergegas pulang.
**                                                                                                        I
Sesampainya di rumah, gue langsung membaringkan badannya, sesekali menghembuskan nafasnya.
Uuuuuhhhh...... !!!
Kecurigaan itu didukung oleh ketidakbiasaan ayah yang gelisah. Kemudian gue menanyakan kepada ayah tentang yang gue rasakan.
“Ayah, kok beda sih. Kenapa ayah gelisah?” tanya gue
“enggak kok ayah lagi ga enak badan aja” jawab ayahnya
“yah, aku mau tanya yah, ayah kenal pak Andi Laksono?
“iya ayah kenal beliau, emang kenapa?” jawab ayah dngan nada yang cemas
“Ayah tau dia siapa?”
“tau, dia pemilik perusahaan tempat ayah menanam saham. Ada apa kamu nanya seperti itu?”
“ga ada apa-apa tapi saya merasakan ada yang berbeda dengan sikap ayah?” tanyaku
“tidak biasa saja, memang kenapa?”
“ayah sudahlah, ayah jangan berbohong denganku. Bukankah ayah mengajarkanku untuk jujur?”
“memang apa yang kamu ketahui tentang ayah? Jangan sok tau kamu, kamu masih kecil saja sudah sok mengajarkan ayah!!” bentak ayah
“ayah tidak usah lagi berbohong dengan Satria. Satria tahu apa yang telah ayah lakukan.”
“ apa yang kamu ketahui tentang apa yang ayah lakukan?” tanya ayah
“satria tahu ayah seutuhnya, ketika ayah jujur ataupun berbohong.” jawab satria
“sudahlah jangan banyak omong kamu, ayah sudah capek.”
Kemudian ayah pun pergi ke kamar, dan Gue pun langsung ke kamar dengan perasaan curiga yang amat dalam.
**
Pagi hari yang cerah ini gue merasakan ada sesuatu yang berbeda. Sesampainya di pengadilan, gue dengan semangat menyelesaikan masalah ini, sangat terkejut ketika gue melihat ayah datang. Dan gue pun menanyakan kepada ayah.
“loh, kok ayah ada disini” tanya gue
“loh satria, kamu disini ngapain?” tegur ayah
Dengan bingung diliputi cemas Satria menebak-nebak maksud hadir ayahnya dalam persidangan ini.
“Saya lagi nanganin masalah ini yah, ayah sendiri ngapain?” balik Satria
“Ayah dipanggil jadi saksi Satria”
“Maksud ayah ?(dengan terkejut)”
Perbincangan itu terpotong oleh hakim yang memerintahkan persidangan dimulai.
Perasaan gue cemas dengan hadirnya ayah, sambil menebak-nebak dalam hati gue berpikiran bahwa kasus yang dihadapinya ada sangkut pautnya dengan ayah seperti yang gue curigai sebelumnya. Ketika semua memasuki ruang persidangan, gue kaget juga ternyata kakak gue jadi hakim di persidangan kali ini.
Sidang dimulai. Kemudian, kakak gue yang menjadi hakim menanyakan satu per satu investor yang diduga telah melakukan tindakan korupsi. Perasaan gue semakin penasaran. Ketika investor terakhir dipanggil namanya, betapa terkejutnya gue.
“investor yang terakhir, Bapak  Saryo Atma Wijoyo dipersilakan menempati kursi persidangan” ujar hakim
Betapa terkejutnya hakim ketika investor yang terakhir duduk di kurs persidangan.
Dengan canggung hakim menanyakan pertanyaan-pertanyaan kepadanya.
“saudara Saryo, berapa total hasil saham yang saudara punya di perusahaan?”
“hasil saham yang saya punya diperusahaan sebesar 3 milyar rupiah” jawab Pak Saryo
Dengan perasaan gundah yang diselimuti rasa kecewa, tapi karena tetap buat gue kejujuran adalah segalanya. Dengan memberanikan diri, gue membantah pernyataan saksi tersebut yang dia adalah ayah kandung gue sendiri.
“hakim yang terhormat, saya mempunyai data yang tidak sesuai dengan pernyataan yang disebutkan oleh saudara saksi” bantah gue
“baiklah, saudara sebutkan bukti terkait yang saudara dapakan” jawab hakim
“berdasarkan bukti yang kami dapatkan, kami menemukan bahwa hasil investasi yang saudara saksi terima akhir-akhir ini adalah lebih dari itu, melainkan 9 milyar rupiah” tegas gue
“bisakah saudara tunjukkan bukti terkait yang saudara maksud?”
“ini bukti nya” jawabku sambil memberikan dan menjelaskan bukti tersebut.
Setelah gue menjelaskan bukti yang gue miliki, pengacara dari ayah gue membantah bukti tersebut. Sebisa mungkin gue menegakkan kebenaran. Pengacara dari ayah gue tetap meminta gue untuk menunjukkan bukti yang lain. Akhirnya gue menunjuk OB untuk menceritakan semua yang terjadi. Gue meminta hakim untuk mengundang OB tersebut untuk duduk menjadi saksi. Dan hakimpun meminta OB untuk duduk dan menjadi saksi.
“saudara saksi, apa yang anda ketahui tentang kasus ini?” kata hakim
Dan OB pun menceritakan semua yang ia ketahui. Sampai pada akhirnya hakim memutuskan
“dengan semua bukti yang sudah telah terungkap, hakim memutuskan bahwa saudara Saryo Atma Wijoyo terbukti bersalah dan ditetapkan sebagai terdakwa korupsi sekaligus otak dari penganiayaan terhadap saudara Tono (OB). Dengan ini saudara Saryo Atma Wijoyo divonis hukuman 20 tahun penjara.
Hakimpun mengetuk palu. Dengan ini pengadilan memutuskan ayah gue sebagai tersangka tindak korupsi. Entah apa yang dirasakan gue, yang terpenting bagi gue adalah gue mengabdnyata hati kepada pekerjaan gue dengan keadilan.
Tak disangka ternyata hari ini adalah hari dimana gue harus menerima kenyataan pahit. Benar selama ini akhirnya kecurigaan gue terungkap. Ternyata kasus yang gue tangani selama ini adalah menyangkut ayah gue sendiri. Dan tanpa gue sangka hakim yang memutuskan ayah gue bersalah adalah kakak gue sendiri. Betapa Tuhan telah menunjukkan kebenaran-Nya.
Apa yang gue lakuin ini, memang berat buat gue, tapi gue gak akan nyesel sama semuanya. Justru dengan ini, bokap gue bisa sadar atas kesalahannya selama ini.
Seusai persidangan, gue berpapasan dengan kakak gue. Dan ternyata ada ibu juga disebelah kakak. Kita saling menatap penuh ketidakpercayaan. Lalu mereka merangkul gue, perasaan kami sangat sedih. Ibu hanya bisa menangis tanpa bisa berkata apa-apa. Dan disitu ayah menghampiri kami.
“Nak, terima kasih. Ayah bangga terhadap kalian. Kalian telah menjalankan tugas dengan baik. Kalian telah mengamalkan semua yang ayah dan ibu ajarkan kepada kalian. Tetaplah berada pada kebenaran. Maafkan ayah selama ini. Ayah telah berbohong pada kalian. Ayah tidak bisa menjalankan tugas sebagai seorang ayah yang baik untuk panutan kalian. Kalian jaga ibu baik-baik. Ayah sayang kalian” pesan ayah.
Kamipun saling berpelukan. Kami benar-benar tidak bisa melepas pelukan ayah. Lalu polisi langsung membawa ayah kedalam mobil. Tatapan kami tidah lepas memandang ayah sampai ayah pergi.
Hari demi hari kami menjalankan aktivitas kami tanpa ayah. Tapi itu semua tidak menghalangi tugas mulia kami. Kami selalu berdoa agar ayah tetap tegar menjalani ini semua dan ayah selalu diberikan kesehatan.
Dua puluh tahun kemudian ayah dibebaskan, kami pun sangat senang. Kami sekeluarga dapat berkempul kembali, dan ayah telah menjadi seorang ayah yang baik saat ini. Ayah berbeda tidak seperti yang dulu.
Okeeee, kejadian itu semua bisa gue ambil hikmahnya. Ini semua akan menjadi sebuah pelajaran buat keluarga gue.
Pelajaran yang gak akan kami ulangi lagi, khususnya buat ayah gue.



SELESAI