Langit
senja menghiasi sore ini, suasana penuh keramain terlintas di kota Jakarta. Ya
itulah yang selalu terjadi di kota ini. Orang-orang selalu sibuk dengan
kesibukannya sendiri untuk mendapatkan sesuatu yang lebih untuk mereka.
Oke
sebelum lanjut ke cerita yang lebih jelas, gue bakal ngenalin diri gue. Nama
gue Satria Atma Wijoyo, gue anak kedua dari dua bersaudara dan terlahir dari
keluarga yaa alhamdulillah berkecukupan. Gue tinggal di sebuah perumahan
terkenal di pusatnya Jakarta.
Tapi
tenang guysss, walaupun gue terlahir dikeluarga yang berkecukupan, tapi gue ga
akan pernah bangga sama apa yang gue miliki dari kecil. Kalian tau kenapa?? Selain itu semua
pemberian orang tua gue, tapi disitu semuanya adalah kerja keras orang tua gue.
Tapi jangan salah, yang gue miliki saat ini untuk keperluan pribadi gue adalah
usaha gue sendiri. Orang tua gue cuma kasih support sama do’a aja buat
anak-anaknya.
Dari
dulu gue bercita-cita menjadi seorang pengacara yang handal, dan akan selalu
membela yang benar walau sekalipun mereka orang yang tidak berada. Kenapa ? Karna
bagi gue keadilan dan kejujuran itu penting nilainya. Dan yang benar akan
selalu benar tanpa harus mengenal status. Alhamdulillahnya gue sekarang udah
bisa jadi seorang pengacara. Gue lulusan Sarjana Hukum di salah satu
Universitas Negeri ternama di Indonesia.
Gue
ga akan penah sia-siain profesi gue yang sekarang. Tapi hingga saat ini yang
selalu terbesit dipikiran gue adalah hukum di negara ini kadang ga adil. Emang
gak adil sih menurut gue. Oke itu semua bisa dilihat dari beberapa kasus.
Contohnya kasus maling ayam, mereka dipenjara sampe kurang lebih ya sekitar 5
tahun. Tapi untuk kasus lain mereka si para penjahat kelas kakap telah
mengambil keuangan negara dan hak orang lain dengan jumlah yang sangat besar, cuma
dikenakan hukuman penjara 2 tahun, dan itu pula mereka bisa berkeliaran begitu
saja. Mereka bisa saja melakukan itu semua karena mereka memberikan uang
jaminan kepada aparat hukum yang memiliki sifat buruk. Akibat masalah itu semualah gue jadi terpacu
untuk menjadi seorang pengacara. Karena gue paling tidak suka sama yang namanya
KORUPSI !!!
Kalian
juga bisa lihat kasus-kasus sekarang, mereka yang korupsi masih aja bisa
berlenggok di kantor DPR, di mall, dimana-mana pokoknya. Terus juga mereka yang
korupsi dibebaskan dari hukuman oleh hakim yang notabene dia adalah mantan
narapidana kasus korupsi. Lho, kok bisa ???
**
Hari
ini gue sangat bersemangat untuk menjalankan segala tugas-tugas gue seperti
biasanya , ya menangani sebuah kasus yang udah biasa gue jalanin. Dan suasana
di pagi hari ini pun sangat mendukung untuk semuanya. Oke gue harus semangat
!!!
Gue
bergegas merapikan diri dan seperti biasa, sarapan bareng bokap, nyokap, dan
kaka gue. Tumben hari ini semuanya kumpul bareng di meja makan, biasanya salah
satu diantara mereka ada yang ga ikut sarapan bareng. Ya maklumlah bokap gue
seorang pengusaha. Selalu sibuk tiap
hari, kalo nyokap gue seorang ibu sosialitas yang tetap selalu inget keluarga,
dan kaka gue seorang hakim di salah satu pengadilan negeri Jakarta yang udah
banyak menangani kasus berat. Haha.. jangan berat-berat, nanti susah diangkat.
Lho ?
“pagi
bu, yah !!” sapa gue
“pagi
sayang!!” jawab nyokap gue yang cantik
“wah
semangat sekali kamu hari ini?” tanya ayah
“iya
dong yah, semangat untuk ngejalanin tugas yang akan kita hadapi, ya semoga saja
kasus yang nanti akan aku terima itu bisa berjalan dengan lancar dan sukses”
jawab gue
“amiiiiiiiinnnnn”
sahut nyokap dan bokap gue
“oke
aku pergi duluan ya” sahut kaka gue
Kaka
gue langsung bergegas menuju kantornya.
Sarapan
pun selesai, gue langsung pamitan sama orang tua gue, dan seperti biasa gue
selalu minta do’a dari mereka buat mendokan gue supaya semua urusan gue lancar.
**
Emm,
lagi-lagi jalan di kota Jakarta macet, kapan ya Jakarta di hari kerja bisa
lancar-lancar aja dan aman terkendali ? ya berdoa sajalah semoga itu bisa.
Aminnn ..
Untuk menghilangan
kejenuhan gue akibat jalanan yang macet gue mencoba mendengar musik, ehh tapi
ada seorang pengamen yang suaranya cukup bagus dan merdu. Usianya masih belia,
okeee gue panggil dia untuk menyanyi didepan gue.
“namamu
siapa nak?” tanya gue
“namaku
Asilah” jawab pengamen itu
“kamu
ga sekolah emangnya?”
“
aku masuk siang ka, aku ngamen untuk ongkosku kesekolah nanti” jawab gadis
kecil
Karna
jalan sudah lancar aku segera mengeluarkan uang untuknya “ini untukmu”
“wah
banyak sekali ka, terima kasih banyak yaaa”
Kembali
ke perjalananku menuju kantor, sampai di parkiran ada tukang gorengan ya aku
beli saja dan aku bagikan untuk satpam dan Office Boy di kantorku. Berbagi
rejeki itu kan indah hehehe .. sesampainya di kantor teman-teman sudah sibuk di
depan laptopnya.
“pagi
semuaaaaa!!!” sapa gue
“pagiii”
jawab teman-teman
“pagiii , oiya Satria
tadi lo dicari sama pak Taufik tuh diruangannya” kata Iqbal
“Emm ada apa ya pak Taufik
manggil gue?? Yaudah, thanks ya Bal” jawab gue
Sesampainya gue di
ruanganan pak Taufik ternyata beliau sedang menerima telepon dari klien yang
sangat penting nampaknya.
“pagii
pak” sapa gue
“pagi
Sat, silakan duduk”
“bapak
memanggil saya ?”
“iya, barusan saya dapat
telepon dari sebuah perusahan besar di Jakarta yang sedang mengalami sebuah
masalah kecurangan di bagian keuangan perusahan mereka. Dan vokasi diminta untuk
menyelidiki kasus ini, kamu diminta untuk menjadi seorang pengacara untuk
perusahan mereka.” Jawab Pak Taufik
“emm
tapi saya harus tau lebih jelas pak akan masalah yang terjadi diperusahan
mereka. Karena saya tidak mau gegabah untuk mengambil suatu kasus yang akan
saya tangani”
“baiklah, sekarang kita
langsung saja ke perusahaan mereka, karena mereka sudah membuat jadwal ketemu
dengan kita jam 8 ini” ujar pak Taufik
Tanpa berpikir panjang
gue dengan pak Taufik bergegas ke perusahan itu.
**
Sesampainya disana, sambutan
yang cukup ramah dari petinggi-petinggi perusahaan itu. Lalu pemilik perusahaan
itu memulai pembicaraan, “oke kita mulai saja membicarakan masalah yang telah
terjadi di perusahaan ini. Sebelumnya saya sangat berterimakasih atas kehadiran
Pak Taufik dan Pak Satria yang bersedia hadir memenuhi permintaan kami. Jadi
begini Pak Satria, kami atas keluarga besar perusahaan ini meminta saudara
untuk menjadi pengacara perusahaan kami, masalah yang terjadi karena masalah
kecurangan di bagian perusahaan kami”
“memang
hal apa yang telah membuat kecurangan ini?” tanya saya.
“jadi para inivestor
telah melakukan kecurangan atas pengambilan penghasilan mereka dari saham yang
mereka berikan ke perusahaan kami. Jadi kami, merasa merekalah yang patut
dicurigai” ujar pemilik perusahaan itu, Pak Andi Laksono namanya
“baiklah,
itu masih praduga kita semua, lebih baik kita melakukan penyelidakan terlebih
dahulu, dan kita harus mengumpulkan beberapa bukti. Oke saya butuh nama para investor
beserta data-data saham yang mereka miliki di perusahaan ini” jawabku
“baik ini nama-nama
investor kita berikut data-data saham yang mereka miliki” jawab Pak Andi
Laksono
“baiklah kalau begitu
kita akan melakukan penyelidikan segera” ujar pak Taufik
“terima kasih Pak Taufik
dan Pak Satria atas bantuannya, saya harap kasus ini bisa terungkap dan
perusahaan saya kembali normal”
‘sama-sama
Pak, ini sudah menjadi tanggung jawab saya” jawabku
“oke, mari pak, kami
akan kembali ke kantor” kata Pak Taufik
“oke, sekali lagi
terima kasih Pak” jawab Pak Andi Laksono
Kamipun
langsung kembali ke kantor.
**
Hari
demi hari pun terlewati, ternyata bukti-bukti yang didapatkan masih belum
lengkap namun pencarianpun tetap gue lanjutkan. Ada sesuatu yang mengganjal di
pikiran gue. Gue perhatiin data-data itu, ada satu nama yang buat gue
tercengang. Tapi, gue tetap positive thinking aja. Gue terus cari bukti-bukti
yang lain.
**
Suatu ketika di sebuah
sudut ruangan kantor di perusahaan Pak Andi Laksono.
“gimana
rencana kita selanjutnya Pak ?” tanya salah satu orang suruhan Pak Saryo, Roni
sebutnya.
“bagaimanapun
caranya kamu harus bisa mengatur urusan ini, jangan sampai ada satu orangpun
yang tahu, paham !” gertak Pak Saryo
Ketika mereka sedang
berbincang-bincang, tak disangka ternyata ada seorang OB yang mendengar
perbincangan mereka. Si OB kaget mendengar apa yang mereka bicarakan, lalu
dengan tidak sengaja, OB itu menjatuhkan vas bunga yang ada di depan ruangan
itu. Ia kaget dan langsung lari.
Kemudian, Pak Saryo
menyuruh anak buahnya itu untuk keluar dan memeriksa keadaan. Roni mengejar
orang tersebut dan ternyata orang itu adalah OB, lalu Roni memberitahukan hal
itu kepada Pak Saryo.
“Pak,
sepertinya kita dalam keadaan yang tidak aman” ujar Roni
“maksud
kamu apa ????” tanya Pak Saryo
“OB sialan itu
mendengar pembicaraan kita”
“apa
??? Pokoknya saya tidak mau tahu, bagaimanapun caranya kamu harus lenyapkan
dia” jawab pak Saryo dengan suara lantang
“baik
bos”
Dengan
pikiran yang kacau, Pak Saryo gelisah dengan keadaan itu.
**
Suatu hari ketika si OB
tersebut sedang menyapu ruangan, Roni meminta seseorang untuk menyuruh OB itu
menyapu halaman belakang kantor. Lalu si OB pun ke halaman belakang, Roni
langsung menghampirinya dan memberikan sejumlah uang.
“ini apa Pak ?” tanya OB
“ya
uanglah, koplak !!!” jawab Roni
“maksud
bapak apa?”
“gue
tau lu pasti dengar pembicaraan gue kemarin”
“terus
kenapa pak ? masalah buat bapak ?”
“jelas
ini masalah buat gue ! Gue minta lu tutup mulut soal hal itu !”
“jadi
intinya, bapak menyuap saya ?”
“udahlah, jangan munafik.
Gue tau lu cuma seorang OB dan lu butuh uang ini”
“maaf ya Pak, sekalipun
saya OB, saya gak serendah kalian !”
“lancang
banget lu bilang kaya gitu, kalo emang lu ga mau tutup mulut tentang masalah
itu, jangan salahin gue kalo sesuatu terjadi dengan keluarga lu !” ancam Roni
“saya
merasa saya benar, saya gak pernah takut dengan ancaman bapak”
Tanpa
pikir panjang, Roni langsung menghajarnya hingga babak belur.
Kemudian Roni pergi
meninggalkan si OB yang pingsan.
**
Dua hari kemudian, gue pergi
ke perusahaan pak Andi Laksono untuk melengkapi data-data penyelidikannya.
Ketika sampai di depan kantor tersebut, gue melihat seorang OB dengan muka yang
membiru. Lalu gue menghampirinya.
“muka
bapak membiru, habis berantem Pak?” tanya gue
“gak
kok Pak, saya habis jatuh kemarin”
Lalu OB tersebut
langsung pergi meninggalkan Satria.
Gue merasa ada yang
aneh dengan keadaan OB tersebut. Kemudian gue langsung masuk ke ruangan Pak Andi
Laksono.
“selamat
siang Pak” sapa gue
“selamat
siang Pak Satria, silakan duduk”
“terima
kasih Pak”
“bagaimana
perkembangan kasus perusahaan saya Pak ?”
“iya,
saya sedang berusaha melengkapi data-data penyelidikan ini Pak. Oh iya,
seminggu lagi sidangnya akan dimulai Pak. Saya minta agar Bapak turut hadir di
sidang tersebut. Dalam seminggu ini, semua investor akan diperiksa oleh tim
penyelidik dari kejaksaan”
“baiklah,
saya pasti datang”
Kita melanjutkan
pembicaraan. Setelah kita selesai melakukan pembicaraan, gue meninggalkan
ruangan Pak Andi Laksono. Ketika gue menuju tempat parkir, gue melihat OB yang
di temui tadi siang. Gue penasaran, lalu menghampiri lagi OB tersebut. Dan OB
melihat gue, ia menghindarinya. Gue tetap mengejarnya.
“Pak
tunggu !”
Si OB menghentikan
langkahnya.
“kenapa bapak menemui
saya lagi ? Bapak orang suruhan dia kan ?” tanya si OB
“dia
? dia siapa ?” tanya gue penasaran
“emang
bapak siapa ?”
“saya
Satria. Maksud Bapak tadi apa ? orang suruhan siapa ?”
Dengan rasa penasaran,
Satria mengajak OB tersebut duduk dan menceritakan apa yang terjadi sebenarnya.
“Pak,
saya ini pengacara perusahaan tempat bapak kerja”
Si OB kaget karena sebelumnya
ia mengira bahwa gue itu adalah orang suruhan Pak Saryo. Ia agak menyesal
karena ia keceplosan mengungkapkan masalah yang terjadi. Gue mencoba menggali
informasi dari si OB, akhirnya lama kelamaan, si OB menceritakan masalah yang
terjadi dengannya kemarin-kemarin.
“begini Pak, sebenarnya
beberapa minggu yang lalu saya mendengar pembicaraan Pak Saryo dengan orang
suruhannya, Roni. Mereka membicarakan masalah uang investasi yang mereka
curangi di sudut ruangan kantor. Dengan tidak sengaja, saya menjatuhkan vas
bunga sehingga menyebabkan mereka tahu bahwa saya mengetahui rencana mereka.
Kemudian mereka mencoba menyuap saya agar saya tutup mulut masalah ini. Tapi
saya menolak, karena itu Roni memukuli saya Pak” cerita si OB
“Saryo
? Saryo siapa maksudmu ?” Satria kaget mendengar nama itu.
“Iya,
Pak Saryo...Saryo Atma Wijoyo, salah satu investor perusahaan ini”
Mendengar
hal itu, Satria sangat terkejut dan merasa tidak percaya.
“kamu
jangan main-main, kamu serius ?”
“demi
Tuhan saya tidak main-main Pak”
Setelah
itu, Satria langsung meninggalkannya dan bergegas pulang.
** I
Sesampainya
di rumah, gue langsung membaringkan badannya, sesekali menghembuskan nafasnya.
Uuuuuhhhh......
!!!
Kecurigaan
itu didukung oleh ketidakbiasaan ayah yang gelisah. Kemudian gue menanyakan kepada
ayah tentang yang gue rasakan.
“Ayah,
kok beda sih. Kenapa ayah gelisah?” tanya gue
“enggak
kok ayah lagi ga enak badan aja” jawab ayahnya
“yah,
aku mau tanya yah, ayah kenal pak Andi Laksono?
“iya
ayah kenal beliau, emang kenapa?” jawab ayah dngan nada yang cemas
“Ayah
tau dia siapa?”
“tau,
dia pemilik perusahaan tempat ayah menanam saham. Ada apa kamu nanya seperti
itu?”
“ga
ada apa-apa tapi saya merasakan ada yang berbeda dengan sikap ayah?” tanyaku
“tidak
biasa saja, memang kenapa?”
“ayah
sudahlah, ayah jangan berbohong denganku. Bukankah ayah mengajarkanku untuk
jujur?”
“memang
apa yang kamu ketahui tentang ayah? Jangan sok tau kamu, kamu masih kecil saja
sudah sok mengajarkan ayah!!” bentak ayah
“ayah
tidak usah lagi berbohong dengan Satria. Satria tahu apa yang telah ayah
lakukan.”
“
apa yang kamu ketahui tentang apa yang ayah lakukan?” tanya ayah
“satria
tahu ayah seutuhnya, ketika ayah jujur ataupun berbohong.” jawab satria
“sudahlah
jangan banyak omong kamu, ayah sudah capek.”
Kemudian
ayah pun pergi ke kamar, dan Gue pun langsung ke kamar dengan perasaan curiga
yang amat dalam.
**
Pagi
hari yang cerah ini gue merasakan ada sesuatu yang berbeda. Sesampainya di
pengadilan, gue dengan semangat menyelesaikan masalah ini, sangat terkejut
ketika gue melihat ayah datang. Dan gue pun menanyakan kepada ayah.
“loh,
kok ayah ada disini” tanya gue
“loh
satria, kamu disini ngapain?” tegur ayah
Dengan
bingung diliputi cemas Satria menebak-nebak maksud hadir ayahnya dalam
persidangan ini.
“Saya
lagi nanganin masalah ini yah, ayah sendiri ngapain?” balik Satria
“Ayah
dipanggil jadi saksi Satria”
“Maksud
ayah ?(dengan terkejut)”
Perbincangan
itu terpotong oleh hakim yang memerintahkan persidangan dimulai.
Perasaan
gue cemas dengan hadirnya ayah, sambil menebak-nebak dalam hati gue berpikiran
bahwa kasus yang dihadapinya ada sangkut pautnya dengan ayah seperti yang gue
curigai sebelumnya. Ketika semua memasuki ruang persidangan, gue kaget juga
ternyata kakak gue jadi hakim di persidangan kali ini.
Sidang
dimulai. Kemudian, kakak gue yang menjadi hakim menanyakan satu per satu
investor yang diduga telah melakukan tindakan korupsi. Perasaan gue semakin
penasaran. Ketika investor terakhir dipanggil namanya, betapa terkejutnya gue.
“investor
yang terakhir, Bapak Saryo Atma Wijoyo
dipersilakan menempati kursi persidangan” ujar hakim
Betapa
terkejutnya hakim ketika investor yang terakhir duduk di kurs persidangan.
Dengan
canggung hakim menanyakan pertanyaan-pertanyaan kepadanya.
“saudara
Saryo, berapa total hasil saham yang saudara punya di perusahaan?”
“hasil
saham yang saya punya diperusahaan sebesar 3 milyar rupiah” jawab Pak Saryo
Dengan
perasaan gundah yang diselimuti rasa kecewa, tapi karena tetap buat gue
kejujuran adalah segalanya. Dengan memberanikan diri, gue membantah pernyataan
saksi tersebut yang dia adalah ayah kandung gue sendiri.
“hakim
yang terhormat, saya mempunyai data yang tidak sesuai dengan pernyataan yang
disebutkan oleh saudara saksi” bantah gue
“baiklah,
saudara sebutkan bukti terkait yang saudara dapakan” jawab hakim
“berdasarkan
bukti yang kami dapatkan, kami menemukan bahwa hasil investasi yang saudara
saksi terima akhir-akhir ini adalah lebih dari itu, melainkan 9 milyar rupiah”
tegas gue
“bisakah
saudara tunjukkan bukti terkait yang saudara maksud?”
“ini
bukti nya” jawabku sambil memberikan dan menjelaskan bukti tersebut.
Setelah
gue menjelaskan bukti yang gue miliki, pengacara dari ayah gue membantah bukti
tersebut. Sebisa mungkin gue menegakkan kebenaran. Pengacara dari ayah gue
tetap meminta gue untuk menunjukkan bukti yang lain. Akhirnya gue menunjuk OB
untuk menceritakan semua yang terjadi. Gue meminta hakim untuk mengundang OB
tersebut untuk duduk menjadi saksi. Dan hakimpun meminta OB untuk duduk dan
menjadi saksi.
“saudara
saksi, apa yang anda ketahui tentang kasus ini?” kata hakim
Dan
OB pun menceritakan semua yang ia ketahui. Sampai pada akhirnya hakim
memutuskan
“dengan
semua bukti yang sudah telah terungkap, hakim memutuskan bahwa saudara Saryo
Atma Wijoyo terbukti bersalah dan ditetapkan sebagai terdakwa korupsi sekaligus
otak dari penganiayaan terhadap saudara Tono (OB). Dengan ini saudara Saryo
Atma Wijoyo divonis hukuman 20 tahun penjara.
Hakimpun
mengetuk palu. Dengan ini pengadilan memutuskan ayah gue sebagai tersangka
tindak korupsi. Entah apa yang dirasakan gue, yang terpenting bagi gue adalah
gue mengabdnyata hati kepada pekerjaan gue dengan keadilan.
Tak
disangka ternyata hari ini adalah hari dimana gue harus menerima kenyataan
pahit. Benar selama ini akhirnya kecurigaan gue terungkap. Ternyata kasus yang
gue tangani selama ini adalah menyangkut ayah gue sendiri. Dan tanpa gue sangka
hakim yang memutuskan ayah gue bersalah adalah kakak gue sendiri. Betapa Tuhan
telah menunjukkan kebenaran-Nya.
Apa
yang gue lakuin ini, memang berat buat gue, tapi gue gak akan nyesel sama
semuanya. Justru dengan ini, bokap gue bisa sadar atas kesalahannya selama ini.
Seusai
persidangan, gue berpapasan dengan kakak gue. Dan ternyata ada ibu juga
disebelah kakak. Kita saling menatap penuh ketidakpercayaan. Lalu mereka
merangkul gue, perasaan kami sangat sedih. Ibu hanya bisa menangis tanpa bisa
berkata apa-apa. Dan disitu ayah menghampiri kami.
“Nak,
terima kasih. Ayah bangga terhadap kalian. Kalian telah menjalankan tugas dengan
baik. Kalian telah mengamalkan semua yang ayah dan ibu ajarkan kepada kalian.
Tetaplah berada pada kebenaran. Maafkan ayah selama ini. Ayah telah berbohong
pada kalian. Ayah tidak bisa menjalankan tugas sebagai seorang ayah yang baik
untuk panutan kalian. Kalian jaga ibu baik-baik. Ayah sayang kalian” pesan ayah.
Kamipun
saling berpelukan. Kami benar-benar tidak bisa melepas pelukan ayah. Lalu
polisi langsung membawa ayah kedalam mobil. Tatapan kami tidah lepas memandang
ayah sampai ayah pergi.
Hari
demi hari kami menjalankan aktivitas kami tanpa ayah. Tapi itu semua tidak
menghalangi tugas mulia kami. Kami selalu berdoa agar ayah tetap tegar
menjalani ini semua dan ayah selalu diberikan kesehatan.
Dua
puluh tahun kemudian ayah dibebaskan, kami pun sangat senang. Kami sekeluarga
dapat berkempul kembali, dan ayah telah menjadi seorang ayah yang baik saat
ini. Ayah berbeda tidak seperti yang dulu.
Okeeee,
kejadian itu semua bisa gue ambil hikmahnya. Ini semua akan menjadi sebuah
pelajaran buat keluarga gue.
Pelajaran
yang gak akan kami ulangi lagi, khususnya buat ayah gue.
SELESAI