BAB 1
PENDAHULUAN
Ilmu
Mekanika Tanah adalah ilmu alam perkembangan selanjutnya akan mendasari dalam
analisis dan desain perencanaan suatu pondasi. Mekanika tanah adalah suatu
cabang dari ilmu teknik yang mempelajari perilaku tanah dan sifatnya yang diakibatkan
oleh tegangan dan regangan yang disebabkan oleh gaya-gaya yang bekerja.
Sedangkan teknik pondasi merupakan aplikasi prinsip-prinsip Mekanika Tanah dan
Geologi yang digunakan dalam perencanaan dan pembangunan pondasi seperti
gedung, jembatan, jalan, bendugan, dan lain-lain. Oleh karena itu, perkiraan
dan pendugaan terhadap kemungkinan adanya penyimpangan di lapangan dari kondisi
ideal pada Mekanika Tanah sangat penting dalam perencanaan pondasi yang benar.
Agar
suatu bangunan dapat berfungsi secara sempurna, maka seorang insinyur hrus bisa
membuat perkiraan dan pendugaan yang tepat tentang kondisi tanah di lapangan.
Tanah
didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)
mineral-mineral padat yang tidak tersementasikan (terikat secara kimia) satu
sama lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat)
disertai dengan zat cair dan gas mengisi ruang-ruang kosong di antara
partikel-partikel padat tersebut.
Perbedaan
Batu dan Tanah
Batu
merupakan kumpulan butir - butir mineral alam yang saling terkait erat dan
kuat. Sehingga sukar untuk dilepaskan. Sedangkan tanah merupakan kumpulan butir
- butir mineral alam yang tidak melekat atau melekat tidak erat, sehingga
sangat mudah untuk dipisahkan. Sedangkan Cadas adalah peralihan antara batu dan
tanah.
Jenis -
jenis Tanah
Fraksi - frkasi
tanah (jenis tanah berdasarkan butir) :
1.
Kerikil (gravel) > 2,00
mm
2.
Pasir (sand) 2,00 - 0,06 mm
3.
Lanau (silt) 0,06 - 0,002
mm
4.
Lempung (clay) < 0,002
mm
Pengelompokan
jenis tanah dalam praktek berdasarkan campuran butir :
1.
Tanah berbutir kasar adalah tanah
yang sebagian besar butir - butir tanahnya berupa pasir dan kerikil.
2.
Tanah berbutir halus adalah tanah
yang sebagian besar butir - butir tanahnya berupa lempung dan lanau.
3.
Tanah organik adalah tanah yang
cukup banyak mengandung bahan- bahan organik.
Pengelompokan
tanah berdasarkan sifat lekatnya :
1.
Tanah Kohesif adalah tanah yang
mempunyai sifat lekatan antara butir - butirnya (tanah lempung = mengandung
lempung cukup banyak).
2.
Tanah Non Kohesif adalah tanah
yang tidak mempunyai atau sedikit sekali lekatan antara butir - butirnya
(hampir tidak mengandung lempung misal pasir).
3.
Tanah Organik adalah tanah yang
sifatnya sangat dipengaruhi oleh bahan - bahan organik (sifat tidak baik).
Ilmu Mekanika tanah ini digunakan untuk:
·
Perencanaan pondasi
·
Perencanaan perkerasan
lapisan dasar jalan (pavement design)
·
Perencanaan struktur di
bawah tanah (terowongan, basement) dan dinding penahan tanah)
·
Perencanaan galian
·
Perencanaan bendungan
BAB 2
PEMBAHASAN
Tanah Berbutir
1. Tanah Berbutir Kasar
Tanah
berbutir kasar adalah tanah yang sebagian besar butir-butir tanahnya berupa
pasir (sand) dan kerikil (gravel). Pasir halus merupakan
perkecualian, karena sifat
mekaniknyamerupakan sifat transisi antara tanah berbutir kasar dengan tanah berbutir halus.
Tanah berbutir kasar memiliki sifat keteknikan yang mencolok, yaitu:
a. Sangat baik berfungsi sebagai material penyangga
bangunan atau jalan raya, kecuali pasir lepas (loose sands). Tanah
berbutir kasar umumnya mempunyai daya dukung tinggi dengan penurunan (settlement)
kecil dan berlangsung dalam waktu pendek setelah pembebanan.
b. Sangat baik sebagai material tanggul, karena
berketahanan geser (shear strength) tinggi, mudah dipadatkan
dan tidak mudah mengalami pembekuan (frost action di daerah iklim dingin).
c. Sangat baik sebagai material urugan untuk tembok
penahan lereng (retaining walls), tembok alas (basement walls),
hanya sedikit saja sebagai penyebab tekanan lateral, mudah dipadatkan, dan
mudah dialiri (sebagai drainase yang baik)
d. Tidak baik digunakan untuk tanggul penahan air, reservoir (waduk) karena
permeabilitas tinggi. Penggalian tanah seperti ini di bawah permukaan
memerlukan pemompaan air (dewatering) yang baik.
e. Sangat peka terhadap penurunan akibat beban
bergetar, misalnya di bawah bangunan pabrik bermesin yang terus
bergetar.
Sifat mekanik tanah berbutir kasar ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :
1.
Kepadatan Ketahanan geser dan kompresibilitas tanah berbutir kasar sangat berhubungan erat dengan kepadatan butir-butir penyusunnya, yang dideskripsi sebagai lepas (loose), menengah (medium, firm), dan padat (compact,
dense).
2. Ukuran butir dan distribusi besar butir
Dilihat dari pengaruh gaya geser butiran
tanahnya, tanah berbutir halus lebih mudah menggelinding dibanding dengan tanah
berbutir kasar, hal ini diakibatkan karena butiran tanah yang lebih kasar lebih
kuat untuk saling mengikat.
Deskripsi
tanah berbutir kasar:
a. Gradasi baik : Mengandung ukuran butir dari halus
sampai kasar secara proporsional, pori-pori terisi butir halus (padat,
stabil, kurang lulus air).
b. Gradasi senjang: mengandung fraksi ukuran butir kasar dan halus tetapi tidak mengandung
ukuran menengah.
c. Gradasi buruk (seragam) : terdiri dari satu atau
dua ukuran butir saja.
2.
Tanah Berbutir Halus
Tanah berbutir halus adalah tanah yang sebagian besar butir-butir tanahnya berupa lempung (clay) dan lanau (silt).
Tanah berbutir halus disebut juga sebagai tanah kohesif, contoh tanah berbutir
halus adalah lempung, lempung lanau, dan lempung bercampur pasir
dengan kerikil. Sifat keteknikan yang mencolok dari tanah berbutir halus ini adalah:
1. Memiliki shear strength yang rendah.
2. Plastis dan mudah dimampatkan (compressible).
3. Kehilangan sebagian ketahanan gesernya akibat pembasahan dan akibat adanyaganguan.
4. Mengalami deformasi secara plastis dibawah beban konstan.
5. Kembang-kerut: mengembang bila basah dan mengerut bila kering.
6. Tidak baik sebagai material ruangan karena bertekanan lateral tinggi.
7. Tidak baik juga untuk material urugan tanggul, karena ketahanan
geser yang rendah dan sulit dikompaksi atau dipadatkan.
8. Sangat kedap air (partically impeurous).
9. Setiap lempung rawan longsor.
Ketahanan geser
Berdasarkan ketahanan gesernya tanah kohesif
dibagi menjadi:
·
Tanah sangat lunak (very soft)
·
Tanah lunak (soft)
·
Menengah (medium)
·
Keras (stiff)
·
Lebih keras (very stiff)
·
Paling keras (hard)
Ketahanan geser diukur dengan cara menekan satu sumbu sampel tanah yang berdiameter dua atau tiga inchi, sehingga diperoleh qu (unconfined compressive strength)
pada kondisi φ = 0 adalah τ = C = ½ qu
Sensitivitas
Tanah kohesif sering kali kehilangan sebagian ketahanan gesernya akibat gangguan.
Besarnya kehilangan ketahanan akibat seluruh ganguan itu diukur secara
sensitivitas. Berdasarkan sensitivitasnya tanah kohesif dideskripsikan
sebagai:
Jenis Tanah Sensitivitas
Lempung Tak
Sensitive 1
Lempung
Sensitivitas Rendah 1 - 2
Lempung
Sensitivitas Menengah 2 - 4
Lempung Sensitive 4 - 8
Lempung
Ekstra Sensitive > 8
Lempung Cepat
(quick clays) > 16
Ekspansi dan
pengkerutan
Lempung memiliki sifat keteknikan yang khusus dimana
lempung akan mengembang (swelling) bila lempung tersebut basah dan akan mengkerut
(shrinking) bila lepung tesebut kering. Jumlah ekspansi diukur
dengan penambahan air kedalam massa tanah dan penambahan volume tanah
dihitung/diukur. Tekanan ekspansi diukur dengan tekanan normal yang mampu
menahan tekanan ekspansi (volume tetap).
Percobaan di
laboratorium
Uji dan penelitian tanah di
laboratorium meliputi :
·
Uji Kekuatan Geser Tanah, di
laboratorium terdapat tiga percobaan untuk menentukan kekuatan geser tanah,
yaitu:
a.
Percobaan Geser Langsung
b.
Uji Pembebanan Satu Arah
c.
Uji Pembebanan Tiga Arah (Triaxial)
1. DISTRIBUSI BUTIRAN TANAH
Pengujian
analisa butiran terdiri dari analisa ayak dan analisa hidrometer. Untuk butiran
yang lebih besar dari 0,075 mm diuji dengan ayakan sedangkan untuk butiran yang
lebih kecil dari 0,075 mm diuji dengan hidrometer.
a.
Uji
Ayak
·
Contoh
tanah dikeringkan dalam oven pada suhu C, selama 24 jam.
·
Selanjutnya
contoh tanah yang sudah kering diambil dan didinginkan dalam desikator.
·
Contoh
tanah diambil sebanyak 500 gram, kemudian direndam dalam air selama 24 jam.
·
Butiran
tanah dipisahkan, yang lebih besar dari 0,075 mm dengan yang lebih kecil dari
0,075 mm dengan cara dicuci dan disaring dengan saringan no. 200
·
Butiran
tanah yang tertahan saringan no. 200 dan yang lolos saringan no. 200 dikeringkan
dalam oven hingga betul-betul kering.
Pelaksanaan
pengujian ayakan.
·
Ayakan
yang dipakai adalah ayakan no. 4, 8, 16, 35, 60, 120, 200 dan ditimbang
masing-masing beratnya.
·
Saringan
disusun dengan diameter lubang saringan besar di atas dan lubang saringan kecil
di bawah.
·
Butiran
yang tertahan saringan no. 200 yang sudah di oven, ditimbang dan dimasukkan ke
dalam susunan saringan.
·
Setelah
disusun dipasangkan dalam penggetar.
·
Digetarkan
kurang lebih 10 menit.
·
Ditimbang
masing-masing saringan beserta tanah yang tertinggal di saringan tersebut.
Analisa ayakan
·
Berat
tertahan = (berat saringan + tanah tertahan) – berat ayakan
·
Persen
berat tanah tertahan = (berat tanah tertahan : berat total) x 100 %
·
Persen
komulatif tanah tertahan = jumlah persentase tanah yang tertahan diatas semua
saringan
·
Persentase
lolos = 100% - persentase komulatif
b.
Uji
Hidrometer
Untuk tanah berbutir halus (labih halus dari saringan no 200 US
Standart Sieve) menggunakan analisa hidrometer. Analisa Hidrometer didasarkan
pada Hukum Stokes : butiran yang mengendap dalam cairan mempunyai kecepatan
mengendap yang tergantung pada diameter butir dan kerapatan butir dalam cairan.
ASTM (1980) D422, AASHTO (1978) T88.
2.
BERAT JENIS TANAH
Yang
dimaksud dengan berat jenis tanah (specific gravity) dari suatu tanah adalah specific gravity dari
butir-butir tanah (soil solid) tanpa termasuk air dan udara yang
terkandung didalam tanah tersebut.
Peralatan yang diperlukan :
1. Piknometer
yang mempunyai volume 100 mm atau 250 mm
2. Termometer
3. Timbangan
dengan ketelitian 0,1 gram
4. Air
suling
5. Oven
yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
6. Alat
pendingin (desikator) yang berisi silika gel.
7. Botol
plastic untuk air suling.
8. Mangkok.
9. Corong.
10. Pipet.
11. Tungku listrik (hot plate) yang dilengkapi dengan pelat asbes atau pompa
hampa udara (vaccum pump) kapasitas 1 – 1,5 HP.
Urutan Pelaksanaan Test :
1. Mengeringkan
tanah dalam oven pada suhu (110 ± 5) ˚C selama 24 jam, setelah itu dinginkan
dengan desikator.
2. Piknometer
kosong dibersihkan dan dikeringkan, kemudian ditimbang beratnnya, W1.
3. Memasukkan
tanah kering yang telah disiapkan pada langkah no. 1 (± 25 gram) ke dalam piknometer, kemudian ditimbang beratnya, W2.
4. Menambahkan
air suling ke dalam piknometer yang berisi tanah, hingga piknometer terisi dua pertiganya.
5. Untuk
tanah yang dites adalah tanah lempung (kohesif) mendiamkan tanah terendam air
selama 24 jam.
(catatan : kalau tanah yang ditest bukan tanah
lempung langkah no. 5 tidak perlu dilakukan).
6. Menghilangkan
udara dari campuran tanah + air (pada langkah no. 4) dengan cara:
a. Mendidihkan
piknometer yang berisi tanah + air tersebut secara perlahan-lahan selama
kira-kira 15 - 20 menit sehingga udara dalam tanah bisa keluar
seluruhnya. Untuk mempercepat proses pengeluaran udara sekali-sekali piknometer
dimiringkan.
b. Mulut
piknometer yang berisi campuran tanah + air dihubungkan dengan pompa vacuum
(dengan maksud untuk menarik gelembung-gelembung udara dalam campuran tanah +
air) sampai tidak ada lagi gelembung-gelembung udara yang tertinggal didalam
tanah tersebut.
Langkah no.6 adalah langkah terpenting dalam
menentukan volume tanah pada test specific gravity karena kekurang telitian
dari hasil test biasanya disebabkan oleh adanya sisa-sisa udara yang tertinggal
didalam pori-pori diantara butir-butir tanah.
7. Merendam
piknometer yang berisi campuran tanah + air dalam bak perendam sampai suhunya
tetap.
8. Menambahkan
air suling sampai dengan dasar dari garis cekung permukaan air (miniscus)
menyentuh tanda yang menunjukkan 250 ml. Keringkan bagian luar dari piknometer
dan bagian dalam dari lahar piknometer (diatas miniscus) dengan kertas
pengering.
9. Menentukan
berat dari piknometer + tanah + air (pada langkah no.8), beratnya, (W3).
10. Mengukur temperatur dari campuran tanah + air, dengan cara memasukkan
thermometer kedalam piknometer, suhu T1 ˚C.
11. Mengosongkan dan bersihkan piknometer, kemudian isi piknometer dengan air
suling sampai dengan dasar dari garis cekung permukaan air (miniscus) menyentuh
tanda yang menunjukkan 250 ml. Selanjutnya ditimbang beratnya, (W4).
12. Mengukur
temperature dari air yang ada didalam piknometer tersebut untuk mengetahui apakah temperatur dari air = T1 ± 1 ˚C. (batas toleransi ± 1
˚C).
3.
PERMEABILITAS
Didefinisikan
sebagai sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran rembesan dari cairan yang
berupa air atau minyak mengalir lewat rongga pori. Untuk tanah, Permeabilitas dilukiskan
sebagai sifat tanah yang mengalirkan air melalui rongga pori tanah. Didalam
tanah,sifat aliran mungkin laminar atau turbulen. Tahanan terhadap aliran
bergantung pada jenis tanah, ukuran butiran, bentuk butiran, rapat massa, serta
bentuk geometri rongga pori. Temperatur juga sangat mempengaruhi tahanan aliran
kekentalan dan tegangan permukaan.
Ada empat macam pengujian untuk menentukan koefisien permeabilitas
dilaboratorium, yaitu :
a.
Uji
tinggi energi tetap (Constant – Head)
b.
Uji
tinggi energi turun (Failing – Head)
c.
Penentuan
secara tidak langsung dari uji konsolidasi
d.
Penentuan
secara tidak langsung dari uji kapiler horizontal
4.
ATTERBERG LIMIT TEST
Kedudukan fisik tanah berbutir halus
pada kadar air tertentu disebut konsistensi. Menurut Atterberg batas-batas
konsistensi tanah berbutir halus tersebut adalah batas cair, batas plastis,
batas susut. Batas konsistensi tanah ini didasarkan kepada kadar air yaitu:
a.
Batas Cair (Liquid
Limit)
Batas cair adalah kadar air tanah pada
batas antara keadaan cair dan keadaan plastis.
b. Batas
Plastis ( Plastic Limit )
Pengertian batas plastisitas adalah
sifat tanah dalam keadaan konsistensi, yaitu cair, plastis, semi padat, atau
padat bergantung pada kadar airnya. Kebanyakan dari tanah lempung atau tanah
berbutir halus yang ada dialam dalam keadaan plastis. Secara umum semakin besar
plastisitas tanah, yaitu semakin besar rentang kadar air daerah plastis maka
tanah tersebut akan semakin berkurang kekuatan dan mempunyai kembang susut yang
semakin besar. Indeks plastisitas adalah selisih batas cair dan batas plastis (
Interval kadar air pada kondisi tanah masih bersifat plastis ), karena itu
menunjukkan sifat keplastisan tanah.
Dimana :
c.
Batas Susut (Shrinkage
Limit)
Suatu tanah akan
mengalami penyusutan bila kadar air secara perlahan–lahan hilang dari dalam
tanah. Dengan hilangnya air terus menerus akan mencapai suatu tingkat
keseimbangan, dimana penambahan kehilangan air tidak akan menyebabkan perubahan
volume tanah. Batas susut dapat dinyatakan dalam persamaan:
Kandungan mineral montmorillonite mempengaruhi
nilai batas konsistensi. Semakin besar kandungan mineral montmorillonite semakin
besar batas cair dan indeks plastisitas serta semakin kecil nilai batas susut
dan batas plastisnya (Hardiyatmo, 2006). Kadar air dapat
mempengaruhi perubahan volume tanah. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi jenis
tanahnya seperti tanah kohesif ataupun non kohesif. Kesimpulan adalah tanah
kohesif seperti lempung memiliki perbedaan dengan tanah non kohesif seperti
pasir. Perbedaan
tersebut adalah:
a.
Tahanan friksi
tanah kohesif < tanah non kohesif.
b.
Kohesi Lempung
> tanah granular.
c.
Permeability
lempung < tanah berpasir.
d.
Pengaliran air
pada lempung lebih lambat dibandingkan pada tanah berpasir.
e.
Perubahan volum
pada lempung lebih lambat dibandingkan pada tanah
granular.
5.
TES KONSOLIDASI
Tujuan: untuk mengetahui sifat-sifat pemampatan (perubahan volume) suatu
jenis tanah pada saat menerima beban tertentu.
·
Bahan dan alat :
1.
Sampel tanah asli
2.
Air bersih
3.
Frame alat konsolidasi
4.
Sel konsolidasi
5.
Cincin (cetakan) benda
uji
6.
Extruder
7.
Batu pori
8.
Bola baja
9.
Piringan
10.
Stopwatch
11.
Dial deformasi
12.
Timbangan dengan
ketelitian 0,01 gram
13.
Pisau pemotong
14.
Oven
·
Langkah kerja :
a.
Mengeluarkan sampel
tanah dari tabung contoh, lalu memasukkan cetakan benda uji pada sampel tanah.
b.
Memotong dan meratakan
kedua permukaan cetakan dengan pisau pemotong.
c.
Mengambil tanah yang
tidak terpakai untuk menentukan kadar airnya.
d.
Menimbang
cetakan beserta sampel tanah (Wcs)
e.
Memasang kertas saring
pada kedua permukaan atas dan bawah pada sampel tanah.
f.
Memasukkan cetakan dan sampel tanah ke
dalam sel alat.
g.
Meletakkan batu
pori pada bagian atas dan bawah sampel tanah (sampel
diantara batu pori).
h.
Meletakkan penekan
piringan di atas batu pori dan di atas plat penekan diletakkan bola baja
ditengah-tengah atau coakan lubang pada plat penekan.
i.
Mengisi sel konsolidasi
dengan air hingga permukaan terpenuhi air di atas bola baja.
j.
Mengatur posisi plang penekan
agar horizontal dengan cara memutar span sekrup di
bagian belakang.
k.
Mengatur ketinggian baut
penekan agar tepat menyentuh bola baja.
l.
Mengatur posisi dial
deformasi dalam posisi tertekan dan dibuat pada posisi nol.
m.
Menahan lengan beban dengan plang
penahan.
n.
Memasang beban pertama yang menghasilkan tekanan pada
sampel tanah sebesar 0,25 kg/cm2 (beban 500 gram).
o.
Membaca dial deformasi pada detik, menit, jam.
p.
Setelah 24 jam, memasang beban kedua sebesar dua kali beban pertama, yaitu 100 gram.
q.
Melakukan hal yang sama untuk beban 4 kali (2000
gram), 8 kali (4000 gram), 16 kali (8000 gram) beban pertama, beban maksimum
disesuaikan dengan beban yang akan bekerja pada lapisan tanah tersebut.
r.
Setelah melakukan pembebanan maksimum, mengurangi beban dalam dua tahap sampai mencapai beban pertama.
s.
Membaca dial deformasi 5 jam setelah pengurangan beban
(pada 2000 gram), lalu beban dikurangi dan melakukan pembacaan kembali setelah
5 jam berikutnya.
t.
Menjaga tinggi air dalam sel konsolidasi slump
test.
u.
Setelah pembacaan terakhir, mengeluarkan ring dan tanah
sampel dari sel
konsolidasi.
v.
Menimbang dan mengoven tanah sampel
untuk menentukan berat kering
6.
UJI KUAT GESER TANAH
Uji tekan bebas
(Unconfined Compressive Test) adalah
jenis uji khusus dari kondisi unconsolidated-undrained test. UCT lebih
sesuai untuk benda uji dari tanah lempung. Bentuk benda uji berupa silinder
dengan ukuran tinggi 2 X diameter (50 mm x 100 m). Dalam UCT, tekanan di sekeliling
σ3 =
0. Gaya aksial diberikan secaracepat di atas benda uji hingga runtuh. Dalam uji
ini, kuat geser tidak bergantung pada tegangan sel jika benda uji benar-benar jenuh
air dan tidak terdrainase. Maka tegangan geser :
Secara teoritis, untuk tanah lempung
jenuh air hasil uji triaxial UU dan UCT menghasilkan nilai cu yang sama. Namun
biasanya, nilai dari UCT < Triaxial UU
Uji triaxial tujuannya adalah untuk menentukan
parameter kuat geser tanah. Bentuk benda uji berupa silinder dengan ukuran tinggi
2 X diameter (biasanya : 38 mm x 76 mm atau 50 mm x 100 m). Benda uji
dimasukkan dalam membrane dan diletakkan di dalam sel triaxial. Tekanan di
sekeliling benda uji diberikan melalui tekanan air yang dinamakan tegangan sel (σ3). Keruntuhan
geser terjadi dengan cara memberikan gaya aksial (normal) pada benda uji yang
dinamakan tegangan deviator (Δσ). Selama penerapan gaya aksial,
penurunan benda uji dicatat untuk penghitungan regangan (ε). Kondisi
pengujian : (1) Consolidated-drained (CD), (2) Consolidated-undrained
(CU), (3) unconsolidated-undrained (UU). Uji triaxial pada kondisi CD
tidak lazim dilakukan pada lempung, karena waktu yang diperlukan untuk menjamin
air pori terdrainase sangat lama, sehingga tegangan deviator diterapkan dengan kecepatan
yang sangat lambat.
Uji geser
langsung (direct shear test/DST) adalah cara pengujian parameter kuat geser tanah yang paling mudah
dan sederhana. Bentuk benda uji dapat berupa lingkaran (ring) atau
persegi (square). DST lebih sesuai untuk menguji tanah berpasir dalam
kondisi loose dan dense.
7.
UJI PEMADATAN
Tes pemadatan
dilakukan untuk menentukan kepadatan maksimum
Fungsi Pemadatan:
·
Untuk meningkatkan
kekuatan tanah, sehingga daya dukung tanah pondasi di atasnya meningkat
·
Untuk mengurangi terjadinya penurunan pada tanah
·
Dapat meningkatkan kemantapan lereng timbunan (embankments).
·
Ada 2 macam tes pemadatan tanah secara laboratorium
yaitu Proctor Standart Test dan Proctor
Modified Test.
Prinsip-Prinsip
Pemadatan Laboratorium
ü Cetakan Standart Proctor Test berdiameter 10,16 cm (4 inchi) dan tinggi 11,643 cm (4,584 inchi).
Cetakan tersebut terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian bawah mempunyai pelat
dasar yang dapat dipasang pada dasar cetakan, dan mempunyai silinder
perpanjangan (extension) yang bisa disambung dengan bagian atas dari
cetakan. Volume dalam cetakan untuk Proctor Standart
(bagian bawah cetakan) adalah 943,94 cm3, berat palu penumbuk 2,5
kg, penumbuk dapat diangkat dan dijatuhkan dari ketinggian 30,48 cm (12 inchi). Sedangkan Modified Proctor Test mempunyai volume cetakan yang sama dengan
Proctor Standart, berat palu penumbuk 4,54 kg, tinggi jatuh penumbuk sebesar
45,72 cm (18 inchi).
ü Pada percobaan pemadatan Proctor Standart, untuk setiap
kali percobaan tanah selalu dibagi dalam 3 lapisan dengan
jumlah tumbukan 25x untuk setiap lapisan. Sedangkan pada Modified Proctor, pemadatan dilakukan dalam 5 lapisan
dan jumlah tumbukan per lapisan sebanyak 25x.
ü Tes pemadatan dilakukan minimal 6x, dengan kondisi 3 benda uji di bawah
kadar air optimum dan 3 benda uji di atas kadar air optimum.
ü Dari
setiap percobaan yang dilakukan akan didapatkan harga berat volume kering (gd)
dan kadar air (wc).
BAB 3
KESIMPULAN
·
Mekanika
tanah adalah suatu cabang dari ilmu teknik yang mempelajari perilaku tanah dan
sifatnya yang diakibatkan oleh tegangan dan regangan yang disebabkan oleh
gaya-gaya yang bekerja. Sedangkan teknik pondasi merupakan aplikasi
prinsip-prinsip Mekanika tanah dan Geologi yang digunakan dalam perencanaan dan
pembangunan pondasi.
·
Tanah
didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)
mineral-mineral padat yang tidak tersementasikan (terikat secara kimia) satu
sama lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat)
disertai dengan zat cair dan gas mengisi ruang-ruang kosong di antara
partikel-partikel padat tersebut.
·
Ilmu Mekanika Tanah ini
digunakan untuk: perencanaan pondasi, perencanaan perkerasan lapisan dasar
jalan (pavement design), perencanaan struktur di bawah tanah
(terowongan, basement dan dinding penahan tanah), perencanaan galian, perencanaan
bendungan.
·
Tanah
berbutir kasar adalah tanah yang sebagian besar butir-butir tanahnya berupa
pasir (sand) dan kerikil (gravel).
·
Tanah
berbutir halus adalah tanah yang sebagian besar butir-butir tanahnya berupa
lempung dan lanau.
·
Percobaan di laboratorium
Uji dan
penelitian tanah di laboratorium meliputi :
b.
Berat Jenis Tanah adalah specific gravity dari butir-butir tanah (soil solid) tanpa termasuk air dan
udara yang terkandung didalam tanah tersebut.
g.
Konsolidasi, untuk mengetahui
sifat-sifat pemampatan (perubahan volume) suatu jenis tanah pada saat menerima
beban tertentu.
h.
Uji Kekuatan Geser Tanah, di
laboratorium terdapat tiga percobaan untuk menentukan kekuatan geser tanah,
yaitu:
ü Percobaan
Geser Langsung
ü Uji
Pembebanan Satu Arah
ü Uji
Pembebanan Tiga Arah (Triaxial)
·
Fungsi Pemadatan yaitu
untuk meningkatkan kekuatan tanah, sehingga daya dukung tanah pondasi di
atasnya meningkat, untuk mengurangi terjadinya penurunan pada tanah, dan
dapat meningkatkan kemantapan lereng timbunan (embankments).
·
Ada 2 macam tes pemadatan tanah secara laboratorium
yaitu Proctor Standart Test dan Proctor
Modified Test.
DAFTAR PUSTAKA